Showing posts with label my2cents. Show all posts
Showing posts with label my2cents. Show all posts

Thursday, June 30, 2011

kerudung

saya lupa wkt itu tanggal berapa
yang jelas waktu itu tahun 2002
dan baru masuk tahun ajaran baru
saya baru masuk sma
waktu itu saya memutuskan buat berkerudung
di saat teman-teman seusia saya lagi mekar-mekarnya
centil-centilnya
menyesal? pastinya ada perasaan seperti itu
ini pernah saya bahas di postingan terdahulu
ini tentang gimana mengukuhkan hati,
melawan godaan yg datang dari hati sendiri.
anyhow, yang mau saya bahas sekarang bukan itu.
tapi tentang trend baru gaya berkerudung saat ini.
bukan trendnya, bukan gayanya (jadi apa dong?)
tapi tentang gimana efeknya sama cewe2 baik yang sudah berkerudung maupun nggak.
di indonesia, setelah 10 tahun trend mode berkerudung berkutat dengan gaya yang sama
yaitu pake ciput topi dgn segala variasi
mulai dari kerudung diikat belakang,
lalu dililit dan disematkanjarum di atas kepala,
lalu disampirkan ke belakang namun nggak diikat,
tapi teteup bagian depannya menyerupai pet topi.
sekarang muncul gaya-gaya baru
orang-orang pun jadi lebih berani mengekspresikan diri
jadi lebih kreatif
dan timbul efek pada orang-orang sekitarnya
toko-toko kerudung baik yang online maupun offline (?) diserbu pembeli,
yang berkerudung ada yang ingin diajari
bagaimana mengaplikasikan gaya-gaya baru tersebut
sampai ada yang tadinya nggak berkerudung jadi ingin berkerudung.
nah ini yang mau saya bahas.
timbul pertanyaan, afdhol nggak sih berkerudung karena
tergiur model berkerudung jaman sekarang?
satu yang saya tau ttg kewajiban muslimah untuk berkerudung
yaitu ada di Q.S. An-Nuur ayat 31 dan

Q.S. Al-Ahzaab ayat 59.
lalu gimana dgn orang-orang yang kalo
ketemu saya dgn variasi kerudung yang berbeda-beda, dia bilang ih lucu deh, lalu saya ajak
yuk pake kerudung aja
terus dia bilang tapi hati ini belum siap
gitu katanya
ini mah just my two cent ya
memang, pake kerudung itu masalah hati,
tp apa salahnya klo emang ada moment kayak gini trus dimanfaatkan?
mau sampai kapan nunggu hati siap?
hidayah itu dicari, bukan hanya untuk ditungguin.
jujur, emang saya nggak ngerti yang dipikirkan orang-orang yang masih ragu
yang katanya belum siap itu
karena dulu kayaknya saya nggak ngalamin masa-masa itu
semenjak saya mengenal ibu saya, beliau sudah berkerudung
saya ditanamin dari kecil kalo saya sudah baligh nanti, saya harus menutup aurat.
waktu itu saya memanfaatkan moment kenaikan kelas (naik dari smp ke sma)
walopun sebenernya balighnya sudah dari smp kelas 1.
juga waktu itu sama persis kayak sekarang, lagi ngetrend tuh pake kerudung.
trus saya pake lah.
apa hati saya waktu itu siap?
SAYA NGGAK TAU lho, beneran.
yang jadi senjata saya waktu itu: MALU.
orang bilang belum siap itu juga menyangkut masalah perilaku
malu kelakuannya masih begini-begini aja tp pake kerudung.
LHO?
dulu malah saya mikir kebalikannya, pas udah pake kerudung,
ga malu apa tuh, klo ga berubah-berubah kelakuannya?
trus pas godaan ingin lepas kerudung datang,
ga malu apa tuh, lepas-lepas gitu?
sekali lagi ya, ini mah my two cent.
terserah klo ada yang berpendapat lain
seperti teman-teman yg memang sekarang lepas kerudung
dgn alasan people change misalnya
atau berani ambil jalan hidup misalnya
atau it's not me gitu
saya sih nggak berpikir demikian.
semoga semoga, pikiran saya ini bisa menggugah teman-teman
yang tadinya ragu pake kerudung, menjadi tidak ragu
cheers~

Wednesday, November 3, 2010

kelebayan sebuah minimart

hidup di jakarta, pengalaman baru buat saya
pengalaman baru juga ketika melihat mini mart ini
karena nggak ada di bandung.

sebagai (lulusan) anak fisika teknik
sense of engineering saya terusik (*ahseek) :p

dalam hati saya,
buset ini lebay amet lampunya.

kebetulan TA saya tentang lighting.
yang saya pelajari,
untuk suatu tempat, kebutuhan iluminansi nya bergantung pada
kegiatan apa saja yang terjadi di tempat tersebut.
misalnya, pencahayaan di kafe, tidak memerlukan iluminansi setinggi pencahayaan di ruang belajar.
karena di kafe kebanyakan kegiatan kita hanya makan,
sedangkan di ruang belajar kita membaca, mempelajari sesuatu. pekerjaan yg lebih detil daripada makan.

kira2, utk di minimart butuh pencahayaan untuk apa?
mengenali produk yang akan dibeli kan yang paling utama
trus ditambah mengenali orang mungkin.

untuk pekerjaan seperti membaca dan menulis saja,
itu dibutuhkan iluminansi sebesar 200-300 lux
itu sudah sangat jelas loh,
tidak merusak mata karna kurang cahaya.

nah ini di sana, baru parkir saja (malam-malam), kita udah mengrenyitkan mata.
kira-kira 300-400 lux mungkin.
dengan pemakaian lampu (waktu saya liat yang di menteng dan di blok m) pakai lampu T5.
T5 ini jenis lampu seperti lampu TL biasa (atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai lampu neon),
tapi dengan diameter silinder yang lebih kecil.

ini indonesia woy.
hemat energi dong.
memang, tergantung dari si empunya untuk bayar listriknya.
tapi yah tapi..
dimana kepedulian anda wahai pengusaha?

waktu saya ke singapore saja,
retail yang di sana nggak begitu.
biasa saja pencahayaannya.

jadi, image apa sih sebenarnya yang ingin ditunjukkan?
trus, imbasnya minimart-minimart lain jadi ikutan.
cuma bisa menghela napas..

mudah-mudahan mereka mau mengganti dengan lampu LED yang lebih hemat energi..
hemat energi hemat biaya cing..

--

eh waw ternyata sekarang mereka udah pake lampu LED loh.. trus dengan jarak antar baris lampu agak jauh.. NICE! =]
(*edited 4 mar 2011)

Saturday, August 15, 2009

tidak mau apel

suatu hari seseorang menawawarkan apel pada temannya.
temannya tidak mau.
mengapa ia tidak mau?
ia hanya tidak mau.
mungkin karena ia tidak suka.
mengapa ia tidak suka apel?
tidak perlu alasan, ia hanya tidak suka.
bukan karena apelnya asam atau tidak merah.
ia hanya tidak suka apel.
tapi mungkin saja suatu hari ia ingin mencicipi apel, buah yg tidak disukainya
hanya sekedar menghilangkan penasarannya karena sudah lama tidak merasakan apel.
atau mungkin saja sebenarnya ia sedang kenyang.
sehingga ia saat ini sedang tidak mau makan apel.
tidak ada yang tahu.
hanya ia dan tuhan yg tahu alasannya mengapa ia tidak mau apel itu.
dan itu haknya.

*anyway it's just a simple analogy.

Wednesday, March 11, 2009

hidup itu pilihan

suatu hari saya membaca notes seorang teman, di facebook
temanya tentang perjalanan spiritual.
lalu ada comment dari seorang teman, intinya,
dia menyayangkan orang" yang 'berubah sikap' pada wanita muslim yang melepas kerudungnya.
ada yang hilang respek lah, ada yang benar" menjauhi.
menurutnya, bukankah melihat keimanan seseorang itu dari nilai" apa saja yang telah ia perbuat, bukan dari atribut yang dipakainya.
dan bukankah semua agama mengajarkan berbuat baik pada orang lain.

ok, saya mengerti.
ok, let's not to judge.
i think, it's just a matter of choice.
saya, sebagai wanita berkerudung, telah memilih untuk memakai kerudung 7 tahun yang lalu.
dan saya (sampai sekarang) telah memilih untuk tidak mencopotnya. walaupun pilihan" itu ada.
dan saya pun telah memilih untuk tidak berubah sikap pada wanita" yang telah mencopot kerudungnya.

ya.
mungkin wanita" itu pernah memilih untuk mengenakan kerudung, apapun alasan mereka.
dan telah memilih untuk menanggalkannya, apapun alasan mereka.
dan orang" itu telah memilih untuk merubah sikapnya, apapun alasan mereka.
karna
HIDUP ITU PILIHAN

Tuesday, February 17, 2009

ditonjok, mau?

apakah anda suka menonton tayangan reality show di tv?

beberapa saat yang lalu saya sempat 'bekerja' di sebuah stasiun tv swasta.
yah tidak usah disebutkan lah namanya, tapi barangkali kalau anda teman dekat saya, anda juga sudah tau.

bos saya pernah menjadi produser untuk beberapa acara reality show.
tidak hanya untuk stasiun tv tersebut, tapi untuk stasiun tv lainnya juga.
as you know, reality show sedang menjamur di tv-tv nasional.

ia bercerita, bahwa yang kita lihat di tv itu merupakan sebuah skenario.
yang ini saya tau, saya bisa menduga. dan mungkin anda pun menduganya.
lalu ia bercerita lagi, budget untuk satu episode itu sekitar lima puluh juta.
dengan honor presenter (kalau yang cukup kondang) sepuluh juta.

saya cukup miris mendengarnya, karena yang saya tau, teman saya yang menjadi 'klien' atau apapun lah sebutannya, hanya mendapatkan 'hadiah' sekitar satu koma.
padahal dirinyalah yang di ekspos, yang cerita pribadinya (kalau itu benar) dieksploitasi.

lanjut ia bercerita.

tapi sebelumnya, kita pun sadar, jalannya sebuah show itu tergantung kemana presenter membawanya.
karena dari yang saya lihat di beberapa 'show' temasuk talk show, kenyataan yang terjadi itu bisa apa saja,
tetapi opini publik bisa 'dibangun' seperti apapun oleh presenter.
presenterlah kuncinya.
semakin kontroversial, maka semakin banyak menarik perhatian publik,
semakin tinggi ratingnya, maka semakin kebanjiran iklan.

nah, ia bercerita, bahwa
presenter ini diberi 'tantangan' untuk menaikkan flow skenario ini.
bahkan, kata dia, jika bisa presenter sampai tertonjok,
presenter akan mendapat kompensasi.
satu tonjokan diberi harga sepuluh juta rupiah.
fantastis bukan?
dua tonjokan dalam satu episode berarti presenter dapat honor tambahan dua puluh juta rupiah.
belum lagi jika ada luka-luka, ada kompensasi tambahan lagi.

yang menjadi klien?
dapat duit satu koma saja sudah untung, masuk tipi lagi. begitu mungkin katanya.

yah.
tertarik menjadi presenter reality show?

LinkWithin

~ardian[di]ni~

Daisypath Anniversary tickers