malam itu malam minggu memang.
malam itu ia datang ke rumahku.
malam itu ia meminta izin pada ibuku untuk mengajakku makan di luar.
dan di sanalah,
setelah makan selesai tiba-tiba ia mengeluarkan setangkai bunga
dan menggenggam tanganku.
terlihat kegugupan di wajahnya yang menggelitikku.
tawaku kutahan.
dan di sanalah
ia mengatakkannya.
dan yang bisa kulakukan hanyalah
hanya menutup mukaku
dan meledakkan tawaku yang tertahan dari tadi.
terbahak-bahak.
mukanya memerah.
maaaaaffff.
dan tak bisa kujawab.
saat pulang aku masih terkekeh.
saat di rumah aku masih terkekeh.
saat beranjak tidur aku masih terkekeh.
maaaaaffff.
hanya saja kamu,
seseorang yang hampir setiap hari kutemui.
seseorang yang hampir setiap hari duduk satu ruangan denganku.
seseorang yang hampir setiap hari bercanda dan berselisih paham dengan kita semua.
tak pernah terlintas di kepalaku.
maaaaaffff.
dan sembilan hari dari malam itu
akhirnya aku bisa menjawabnya.
di saat yang tidak tepat.
dengan mendengarkan kata hatiku.
bukan isi kepalaku.
ini berat untukku.
tapi aku berusaha jujur pada diri sendiri.
aku sadar dia bukan seseorang yang aku impikan.
tapi aku ingin memberi kesempatan itu pada dia.
pada kami.
yang tak sempurna.
dia meyakinkanku.
dan sekarang,
di sini lah kami.
here we are, ja.
never thought it would turn like this.
now wherever your path is,
i will follow your lead.
thank you for the patience, kindness, and dedication you've been giving me.
thank you.
and i thank god for this.
No comments:
Post a Comment